Membuat Efek Cinema pada Foto

Saya suka banget bikin efek foto dengan campur tangan si Blur bukan Brur.. :) .. Nah efek cinema ini sudah dipastikan pake blur.. hasil nya nanti mungkin jadi seperti ini :
Movie Effect photoshop
Ayoo.. gimana? Mantep tho.. enak tho.. daripada naek busway kesasar.. hehehe
Pengen tau cara bikinnya ? ya udah langsung Action aja
Buka foto yang mau diedit..
saya gak pake foto diatas.. tapi pake foto anak saya lagi berenang..
cinema1
Duplikat layer dengan menekan CTRL + J ..
Di layer baru tadi klik Image > Adjustment > Hue/saturation
cinema2
Klik Image > Adjustment > Exposure
cinema3
Angka-angka di atas disesuaikan dengan gede gambarnya nanti..
Sekarang Duplikat lagi layer yang baru diedit tekan CTRL + J
Klik Filter > Blur > Lens Blur
cinema4
Klik Add Vector Mask
cinema5
Gunakan Brush Tool dengan warna Hitam.. Ini untuk mewarnai layer mask tadi dengan warna Hitam.
cinema6
Klik kanan di layar gambar .. lalu ubah settingan Brush nya..
Brush menggunakan Soft Round Brush .. ( yang pinggir-pinggirnya keliatan nge-Blur) .. Usahakan Ukuran Master Diameter nya gede.. kira-kira hampir sebesar foto yang diedit..
cinema7
Klik di tengah foto beberapa kali.. kira-kira 2-3 kali lah. kasih merica sedikit.. dan garam secukupnya :)
Sehingga di layer mask tadi ada gambar lingkaran ber Blur..
cinema8
Sekarang supaya gambarnya lebih soft lagi.. Buat layer baru.. warnai dengan warna hitam , Opacity = 50%.
cinema9
Buat layer mask juga di layer yang ini.. caranya seperti yang tadi yaa.. masih inget kan?? kalo gak inget.. silahkan roll lagi ke atas..
cinema10
Terakhir.. Buat kotak dengan Rectangle marquee tool .. lalu Klik Select > inverse sehingga yang ke select sekarang adalah bagian atas dan bawah aja..
Sekarang warnain deh menggunakan Paint Bucket Tool dengan warna hitam ..
cinema11
Hasilnya :
hasil
Saya kasih contoh hasil dengan menggunakan cara-cara diatas :
Sebelum

Sesudah
Ini hasil yang laen
edit foto1
edit photo
Gimana? kayak photographer profesional kan hasilnya ?? hehehe.. Photoshop tea..
Ya udah Selamat mencoba..


Artikel Membuat Efek Cinema pada Foto ini dipersembahkan oleh Tutorial Photoshop Gratis. Kunjungi Wallpaper, Font, Desktop Theme Gratis Pokoknya Serba Gratis. Baca Juga Adobe Photoshop Tutorials

Beauty Butterfly Girl

By Request : Ada banyak email isinya minta dibuatin tutorial tentang gimana cara nempelin sayap kupu-kupu/burung pada foto?
Saya kasih tutorial ini karena setelah saya perhatiin ternyata lebih banyak penyuka Edit foto daripada kreasi lain seperti gambar 3D atau effect yang lain.
Prinsipnya sama aja sama tutorial menggabungkan 2 foto.. tapi untuk tutorial yang ini banyak menggunakan teknik seleksi.
Action aja ya..
Buka foto yang mau dikasih sayap.. (catatan : posisi objek di foto harus sesuai , jangan maksain, bisa-bisa jadinya nanti malah aneh)
Saya pake foto Nadya ( Adik Ipar saya) .. kalo ada yang minat pake nadya jadi model pemotretan atau model iklan kontak ilmuphotoshop saja.. Fofogenik kok anaknya.. hehehhe.. malah promosi.. :p .. pinter nyanyi lagi.. yee. .. apaan si.. :p
butterfly 1
Seleksi bagian badan yang nanti mau dikasih sayap… seleksi bagian leher sampe pinggang.
butterfly 2
Tekan Ctrl+ C untuk Copy Lalu CTRL+V untuk Paste.. nanti akan terbentuk layer baru otomatis
butterfly 3
Sekarang buka file Kupu-kupu nya
Kalo mau pake image yang ini tinggal Klik kanan > save Image
Siapa Datuk Lasamana Raja Dilaut?

Laksamana merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga di pesisir pantai Selat Malaka.

Konon Datuk/Encik Ibrahim disebut-sebut Datuk Laksamana Raja Di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M. Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.

Rumah Datuk Laksamana Dilaut IV, Laksamana Ali Akbar terletak Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning, Bengkalis - Riau. Rumah peninggalan Laksamanan berbentuk panggung. Sekilas terlihat seperti rumah adat/ rumah tradisi di Riau. Berbentuk panggung dengan motif-motif melayu dibeberapa ornamen bangunannya.
Banyak kisah-kisah mistis yang diungkapkan oleh warga setempat, terutama harimau jadi-jadian, buaya penunggu dan lain-lain. Ini terkait sumpah selama 100 tahun yang keramat. Nilai mistisnya menjadi penarik sekaligus faktor hambat bagi sebagian orang yang penasaran dengan makam Laksamana Raja Di Laut.
Tidak jauh dari rumah Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni Laksamana III dan Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid Jami’ Al Haq. Mesjid tua peningggalan para Laksamana dulunya.
Kabupaten Bengkalis di kecamatan Bukit Batu berupa kediaman Datuk Laksamana dari Raja Dilaut, Masjid Jami Al Haq serta makam para keluarga Datuk Laksamana dari Kerajaan Siak Sri Inderapura, hingga kini terabaikan dan tidak terawat.
Berdasarkan pengamatan lapangan akhir pekan lalu, kampung tempat kediaman pembesar Siak Sri Inderapura itu kini tidak lagi menunjukkan bahwa di sana dulunya bekas pemerintahan seorang raja yang sangat berkuasa di laut dan ditakuti bangsa asing yang ingin menguasai kerajaan Melayu Siak Sri Inderapura karena sudah berupa semak belukar.
Pusat pemerintahan Datuk Laksamana tersebut meski banyak ditumbuhi pohon kelapa kini sunyi dari penduduk dan rimbun dengan semak belukar.
"Dulu perkampungan di sini ramai, tidak hanya dihuni para warga Melayu, tapi juga orang Cina, namun saat ini telah menjadi kampung tak bertuan," kata seorang warga Bukit Batu yang juga keturunan Datuk Laksamana, Abdul Hamid mansyur (60).
Pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) desa Bukit Batu itu mengatakan, meski tempat kediaman Datuk Laksamana berupa rumah tradisional Melayu, telah direhab, begitu juga beberapa makam Datuk Laksamana, namun tetap telantar.
Rumah berarsitektur Melayu yang memiliki tiang penyangga tinggi hingga kolongnya bisa menjadi tempat bermain anak-anak dan dilalui orang dewasa itu, dalam keadaan kosong dan halamannya ditumbuhi semak.
Begitu juga makam Datuk Laksamana Kelima, meski telah dibuat jalan bersemen dan makamnya direhab, namun tetap saja dipenuhi semak belukar.
Pemandangan serupa juga terlihat di Masjid Jami Al Haq, yang merupakan masjid tertua di Bengkalis dan dua makam Datuk Laksamana.
Datuk Laksamana merupakan pembesar kerajaan Siak yang semula bermukim di Bengkalis, kemudian memindahkan lokasi pemerintahannya ke Bukit Batu.
Dalam sejarahnya, Datuk Laksamana merupakan keturunan Bugis, dimana Daeng Tuagik, anak dari Sultan Wajok yang kawin dengan anak Datuk Bandar Bengkalis, Encik Mas (seorang perempuan yang berkuasa di pulau Bengkalis).
Daeng Tuagik ketika menikahi Encik Mas telah berjanji untuk tidak memakai gelar Bangsawan Bugis bagi keturunannya. Dari perkawinannya ia mendapat seorang anak yang bernama Datuk Bandar Jamal (1720-1767) yang kelak menggantikan ibunya sebagai penguasa Bengkalis.
Gelar Datuk Laksamana Raja Dilaut baru diberikan Sultan Siak kepada Encik Ibrahim, anak dari Datuk Jamal serta tiga orang keturunannya, yang terakhir Encik Ali Akbar (1908-1928).
Mithos Mempelam Manis dan Masam yang terdapat di Kuala Sungai Dedap.
Lagenda turun temurun yang dipercaya tentang Dedap masih berlaku hingga saat ini. Dedap memang merupakan gugusan pulau kecil. Jika kita berlayar melintasi selat Bengkalis, pulau ini akan terlihat jelas. Pulau ini tidak ada penghuninya, menurut lagenda pulau ini terbentuk karena sumpah seorang ibu terhadap anaknya. Sang anak bernama Si Tanggang.

Konon, kehidupan keluarga Tanggang sangat miskin, ibu dan ayahnya hidup dari mencari kayu bakar. Sesudah dewasa si Tanggang pergi merantau. Ibu Tanggang bernama Urai, seperginya Tanggang, ibu sangat berharap berjumpa kembali dengan anaknya. Saban hari ia berdo’a untuk dipertemukan dengan Tanggang. Setelah sekian lama merantau, si tanggang berhasil, namun karena telah kaya, si tanggang lupa pada orang tuanya. ”Bak kacang lupekan kulit”.
Kemashuran Tanggang sampai dimana-mana. Pada suatu hari, Tanggang dengan kekayaanya melakukan pesiar keliling pulau. Tibalah sampai ke kampungnya. Di situ Ibunya berniat bertemu dengan Tanggang dan mencoba naik ke kapal untuk bersua langsung dengan Tanggang. Ketika ibunya hendak naik ke kapal, tanggang tak mengakuinya dan ibu tersebut di pukul oleh anak buah Tanggang. Karena rasa sakit hati, lalu ibunya mengeluarkan kata-kata kasar kepada si tanggang. “Kalau kau benar bukan anak aku, maka selamatlah engkau, dan kalau kamu benar anakku, maka musibahlah yang menimpamu” setelah mengucapkan itu, ibunya dan ayahnya lalu pergi meninggalkan kapal tersebut, menuju kuala sungai Dedap, namun ketika itu turunlah Topan dan badai, sehingga kapal si dedap karam.
Karena rasa kasihan, ibunya hendak berbalik, tapi ayahnya sudah terlalu sakit hati, sehingga mereka berlawanan, ibunya ingin kembali ke Tanggang sedangkan ayahnya tidak lagi mau menengok sitanggang lagi. Ada versi yang mengatakan, karena perlawanan itulah, perahu ibu se tanggang karam dan kedua-duanya mati tenggelam. Dan ada pula versi lain yang mengatakan bahwa kedua orang tua tersebut meninggal setelah si tanggang jadi pulau. Konon katanyam, setelah kedua orang tua tersebut meninggal maka tumbuhlah Mempelam Manis dan Masam. Mempelam manis dan masam ini menggambarkan dua sikap orang tua Tanggang, yang baik dan buruk. Mempelam Manis adalah Sikap Ibunya si tanggang yang sudah memaafkan anaknya sedangkan masam adalah sikap ayahanda Tanggang yang murka pada anaknya.
Menurut penuturan warga Dedap, Pak Dolah (72), cerita pulau Dedap yang masih dipercaya orang sampai saat ini terkait penghuninya, yang juga makhluk halus. Orang setempat menyebutnya dengan orang bunian. Konon, pula orang bunian ini banyak tinggal di kampung ini. Orang bunian ini tak tampak, tapi rumor-rumor yang terjadi membuat cerita tentang orang bunian ini sangat kuat. ”Dulu waktu banyak orang kampung ini bisa berbelanja kat Malaysia dan Singapure, mereka nyakap ada mesjid besar didirikan di Dedap, karena mereka pesan seng berkodi-kodi, tapi nyatanya kan tak ada bangunan besar disini, mungkin juga orang bunian yang pesan,” ujar warga kampung lain.
Sejak zaman dulu, ketika kampung ini dibuka memang ada perjanjian warga dengan orang bunian. Kata Dolah, dulu kampung ini dibuka oleh tujuh orang pengikut kerajaan Siak. Karena saat itu pemerintahannya zalim tujuh orang ini pergi meninggalkan kerajaan dan pergi ke pulau Dedap. Ketujuh orang tersebut membawa keahlian masing-masing, ada alim ulama, bomo, dan lain-lain.
Suatu hari, setelah sampai di kuala sungai Dedap ini mereka pun membuat kampung disini. Saat membuka hutan terlihatlah oleh mereka batang yang berduri halus dan berdaun lebar yang banyak tumbuh di tempat tersebut. Pohon itu diberi nama pohon dedap, maka dari itulah kampung tersebut diberi nama Kampung Dedap.
Salah satu dari tujuh penghuni baru kampung ini rupanya bisa melihat keberadaan orang bunian. Orang bunian tersebut menempati dua wilayah, wilayah darat dan laut. Ketika orang Banjar, datang ke kampung ini. Tujuh orang tersebut mewasiatkan menjaga orang bunian yang ada di kampung tersebut.

Sejarah Riau

Provinsi Riau terbentuk tahun 1957 dengan Tanjung pinang sebagai ibukota sementara. Dikemudian hari ibukota Riau dipindah ke Pekanbaru. Tokoh yang menduduki jabatan gubernur Riau pertama adalah S.M. Amin.

Sejarah di Riau  terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya. Sejumlah ahli sejarah berpendapat bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang karena disana ditemukan prasasti peninggalan Sriwijaya. Beberapa ahli sejarah lain mengatakan bahwa puat Kerajaan Sriwijaya adalah di Muaratakus (Riau). Masa kajayaan Kerajaan Sriwijaya adalah antara abad ke 11 sampai abad ke 12. ketika itu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi eluruh wilayah Indonesia bagian barat dan seluruh Semenanjung Melayu.  

Pasca keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, di Riau muncul beberapa kerajaan. Salah satu kerajaan besar adalah Kerajaan Malaka yang didirikan oleh Prameswara pada awal abad ke 14. Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Muhammad Iskandar Syah pada awal abad ke 15. Kejayaan Malaka ini tidak lepas dari peran panglima angkatan lautnya, yaitu, Laksamana Hang Tuah.

Kekuasaan Kerajaan Malaka berakhir tanggal 10 Agustus 1511. ketika itu, Ketika itu, Malaka ditaklukan oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso d'Albuquerque. Sultan Mahmud Syah I yang berhasil menyelamatkan diri dari gempuran Portugis kemudian membangun kerajaan baru di Bintan. Kerajaan Melayu ini mewarisi kekuasaan Kerajaan Malaka yang meliputi Kelantan, Perak, Trenggano, Pahang, Johor, Singapura, Bintan, Lingga, Inderagiri, Kampar, Siak, dan Rokan.

Setelah merasa kuat, Sultan Mahmud Syah I merencanakan untuk melancarkan serangan balasan terhadap Portugis di Malaka. Dia kemudian melancarkan serangan berturut-turut tahun 1515, 1516, 1519, 1523, dan 1524. namun semua serangan tersebut tidak berhail menggoyahkan pertahanan Portugis. Bahkan kemudian Portugis melancarkan serangan balasan tahun 1526 dan berhasil menguasai Bintan.

Sultan Mahmud Syah I meninggal dunia tahun 1528 di Pekantua. Posisinya digantikan oleh putranya, yaitu, Sultan Alauddin Riayat Syah II. Dia melanjutkan kebijakan ayahnya dalam menyikapi penjajah. Pada masa kekuasaannya terjadi banyak peperangan melawan Portugis. Berbagai peperangan tersebut menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

Selain itu, Kerajaan Melayu juga terlibat dalam beberapa kali pertempuran melawan Kerajaan Aceh. Hubungan anrata Melayu dan Aceh semakin memanas ketika Melayu menjalin kerjasama dengan Belanda untuk menghancurkan Portugis di Malaka. Permusuhan antara kedua kerajaan tersebut berlangsung sampai Aceh mulai surut sepeninggal Sultan Iskandar Muda yang meninggal dunia tahun 1636.

Setelah itu, kekuatan Kerajaan Melayu terpusat untuk menghancurkan Portugis di Malaka. Pada bulan Juni 1640, Kerajaan Melayu yang bekerjasama dengan Belanda melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis kalah pada bulan Januari 1641.

Hubungan baik Kerajaan Melayu dengan Belanda berlangsung sampai tahun 1784. Tanggal 30 Oktober 1784, Kerajaan Melayu diserang Belanda dan ditaklukkan. Kerajaan Melayu kemudian mengakui kekuasaan Belanda, mulailah era kolonialisme di Keranaan Melayu.

Sebagai mana daerah lain di Indonesia, di Riau terjadi berbagai perlawanan bersenjata terhadap kolonialisme. Perlawanan besar dilakukan rakyat di daerah Rokan di bawah pimpinan Tuanku Tambusai (1820-1839). Sebelum berjuang melawan Belanda di Rokan, Tuanku Tambusai berjuang dalam perang Padri, bersama-sama gurunya, yaitu, Tuanku Imam Bonjol. Namun tuanku Tambusai tidak berhasil menghancurkan kekuatan Belanda. Dia kemudian menyingkir ke Malaka dan menetap di daerah Seremban.

Selain tuanku Tambusai, masih banyak tokoh lain yang mengobarkan perlawanan rakyat terhadap kolonoalisme Belanda. Namun semua perlawanan tersebut dapat dipatahkan Belanda. Beberapa tokoh yang memimpin perlawanan rakyat adalah Panglima Besar Sulung yang memimpin perlawanan rakyat Retih tahun 1857, Datuk Tabano di Muara Mahat (1898), dan Sultan Zainal Abidin di Rokan (1901-1904). Setelah berbagai perlawanan tersebut dapat diredam, Belanda semakin menancapkan kekuatannya di Riau.

Awal abad ke 20 merupakan era munculnya semangat nasionalisme. Tahun 1916 berdiri Serikat Dagang Islam di Pekanbaru, didirikan oleh Haji Muhammad Amin. Tahun 1930 berdiri Serikat Islam di Rokan Kanan, didirikan oleh H.M. Arif. Setelah itu muncul beberapa organisasi lain seperti Muhammadiyah.

Tahun 1942, Jepang masuk dan menguasai daerah Riau. Di era penjajahan Jepang ini, rakyat semakin sengsara karena seluruh kegiatan rakyat ditujukan untuk mendukung peperangan yang sedang dilancarkan Jepang di seluruh Asia Pasifik. Hasil pertanian rakyat dirampas dan penduduk laki-laki banyak yang dijadikan romusha.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan sampai ke Riau tanggal 22 Agustus 1945, namun teks lengkapnya baru sampai ke Pekanbaru seminggu kemudian. Meskipun sudah mengatehui dengan pasti perihal kemerdekaan, namun rakyat Riau tidak berani langsung menyambutnya. Hal ini karena tentara Jepang masih lengkap dengan senjatanya dan belum adanya pelopor yang meneriakan kemerdekaan.  Baru pada tanggal 15 September 1945, para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda PTT berinisiatif untuk menyuarakan kemerdekaan, sejak hari tiu, pekik kemerdekaan terdengan diseluruh pelosok Riau.

Di awal kemerdekaan, Riau tidak langsung menjadi provinsi, melainkan menjadi bagian dari provinsi Sumatera. Pada saat Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi, yaitu, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan, Riau menjadi bagian dari Sumatera Tengah. Baru pada tahun 1957, status Riau meningkat menjadi Provinsi.













Istana Asherayah Al-Hasyimiyah zaman Raja Siak














Istana Asherayah Al-Hasyimiyah saat ini


Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.
















Sungai Siak yang mengalir di kota Siak Sri Indrapura dilihat dari jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah



Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.

Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.

Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.

Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh bangsa Eropa menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari Timur).









Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.
Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Sultan As-Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.
Riau di bawah Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani (Sani=dua). Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim menghadapi 3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dg Belanda? atau bergabung dg Republik? Sultan sebagai sosok yg wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya kuat menduga Allah memberitahu SSK agar bergabung dg Republik karena kekayaan Riau yg sangat berlimpah dan berlebihan kalau sekedar dikuasai sendiri.Maka Sultan menentukan pilihan bergabung dg Rep. Mendukung NKRI. BERGABUNG, bukan menyerahkan diri.

Sultan menurunkan modal 13 juta Golden (3x nilai kompleks gedung Sate, Bandung), bersama2 dg para komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli, Asahan Siak, Yogya, Solo, Kutai kartanegara, Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-daerah-daerah yg termasuk Zelfbestuuren-berpemerintahan sediri pd jaman pendudukan Belanda di nusantara).
Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.


Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.
Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.
 

ShoutMix chat widget